Menjelang akhir 1980-an, manusia kamar masih dibayangkan, yaitu, orang yang bekerja hanya dari rumah dan tak pernah keluar rumah.
Kalau seorang penulis, ia bekerja menyelesaikan tulisannya di rumah, esoknya ia menitipkan tulisannya kepada pak pos yang lewat di depan rumahnya atau kebetulan sedang mengantarkan wesel honorarium dari koran untuk tulisannya. Ia tak pernah ke mana-mana.
Di akhir 1980-an, saya membaca kisah demikian itu dalam cerpen "Manusia Kamar" Seno Gumiro Ajidarmo.
Memb
...
Read more »